Rabu, 03 Januari 2024

Adab membuat bangunan

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ قَالَ أَخْبَرَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ الْقُرَشِيُّ عَنْ أَبِي طَلْحَةَ الْأَسَدِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ فَرَأَى قُبَّةً مُشْرِفَةً فَقَالَ مَا هَذِهِ قَالَ لَهُ أَصْحَابُهُ هَذِهِ لِفُلَانٍ رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ قَالَ فَسَكَتَ وَحَمَلَهَا فِي نَفْسِهِ حَتَّى إِذَا جَاءَ صَاحِبُهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَلِّمُ عَلَيْهِ فِي النَّاسِ أَعْرَضَ عَنْهُ صَنَعَ ذَلِكَ مِرَارًا حَتَّى عَرَفَ الرَّجُلُ الْغَضَبَ فِيهِ وَالْإِعْرَاضَ عَنْهُ فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى أَصْحَابِهِ فَقَالَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُنْكِرُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا خَرَجَ فَرَأَى قُبَّتَكَ قَالَ فَرَجَعَ الرَّجُلُ إِلَى قُبَّتِهِ فَهَدَمَهَا حَتَّى سَوَّاهَا بِالْأَرْضِ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَلَمْ يَرَهَا قَالَ مَا فَعَلَتْ الْقُبَّةُ قَالُوا شَكَا إِلَيْنَا صَاحِبُهَا إِعْرَاضَكَ عَنْهُ فَأَخْبَرْنَاهُ فَهَدَمَهَا فَقَالَ أَمَا إِنَّ كُلَّ بِنَاءٍ وَبَالٌ عَلَى صَاحِبِهِ إِلَّا مَا لَا إِلَّا مَا لَا يَعْنِي مَا لَا بُدَّ مِنْهُ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus berkata, telah menceritakan kepada kami Zuhair berkata, telah menceritakan kepada kami Utsman bin Hakim ia berkata; telah mengabarkan kepadaku Ibrahim bin Muhammad bin Hathib Al Qurasyi dari Abu Thalhah Al Asadi dari Anas bin Malik berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar rumah, lalu beliau melihat bangunan yang tinggi. Beliau lalu bertanya: "Apa ini?" para sahabat menjawab, "Ini adalah bangunan milik si fulan, seorang laki-laki Anshar." Anas berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diam dan hanya memendam dalam hatinya, hingga ketika pemilik bangunan itu datang dan memberi salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di depan orang-orang beliau berpaling darinya. Beliau melakukan hal itu berulang-ulang hingga laki-laki paham bahwa Rasulullah sedang marah dan menghindar darinya. Maka laki-laki itu pun mengeluh kepada para sahabat Rasulullah. Laki-laki itu berkata, "Demi Allah, aku telah mengingkari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Para sahabat berkata, "Rasulullah keluar dan melihat bangunan milikmu." Anas berkata, "Lalu laki-laki pulang dan menghancurkan rumahnya hingga rata dengan tanah. Ketika suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar dan melihat bangunan tersebut telah hilang, beliau pun bertanya: "Apa yang terjadi dengan bangunan tersebut?" para sahabat menjawab, "Pemilik banguan itu pernah mengeluh kepada kami tentang berpalingnya baginda kepadanya, maka kami pun mengabarkan kepadanya. Lalu ia pulang dan menghancurkan rumah miliknya. Rasulullah bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya setiap bangunan itu akan membawa bencana bagi pemiliknya, kecuali yang tidak, kecuali yang tidak." Maksudnya sesuatu yang memang dibutuhkan."

-----

lanjut baca ...

Tidak mandi dengan air yang terkontaminasi

 – لَا يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ فِي اَلْمَاءِ اَلدَّائِمِ اَلَّذِي لَا يَجْرِي, ثُمَّ يَغْتَسِلُ فِيه –

Menurut riwayat Imam Bukhari, “Janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian kencing dalam air yang tergenang yang tidak mengalir kemudian ia mandi di dalamnya.” [HR. Bukhari, no. 239]



Sumber https://rumaysho.com/24683-bulughul-maram-tentang-air-bahas-tuntas.html

Budaya bersih

 اَلاِسْلاَمُ نَظِيْفٌ فَتَنَظَّفُوْافَاِنَّهُ لاَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ اِلاَّ نَظِيْفٌ



“Agama Islam adalah agama yang bersih dan suci. Karena itu kamu harus menjaga kebersihan. Maka sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali hanya orang-orang yang suci.”(HR. Al-Baihaqi)

وقد أمر النبي لنا ببناء المساجد في أماكن إقامتهم وتنظيفها والاحتفاظ بها نظرا العطر

Dari A’isyah RA berkata : Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kami untuk membangun masjid di tempat-tempat tinggal dan agar selalu dibersihkan serta diberi wangi-wangian. (HR Ahmad, Tirmidzi, lbn Majah dan Abu Dawud).

Teladan perilaku hidup sehat

 Hadis dari sahabat Jarir bin Abdillah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

“Siapa yang menghidupkan sunah yang baik dalam Islam, kemudian diikuti oleh orang lain setelahnya maka dicatat untuknya mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Siapa yang menghidupkan tradisi yang jelek di tengah kaum muslimin, kemudian diikuti oleh orang lain setelahnya, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim 2398, Ahmad 19674, dan yang lainnya)

Selasa, 02 Januari 2024

Jangan buang kotoran di jalan

 عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعًا: «اتقوا اللَّعَّانَيْن» قالوا: وما اللَّعَّانَانِ يا رسول الله؟ قال: «الذي يَتَخَلَّى في طريق الناس، أو في ظِلِّهم». 

[صحيح] - [رواه مسلم]
المزيــد ...


Mengalirkan air dan membangun sumur

 Anas bin Malik (may Allah be pleased with him), the Prophet (peace and blessings of Allaah be upon him) said,

سَبْعٌ يَجْرِيْ لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ وَهُوَ فِي قَبْرِهِ : مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا ، أَوْ أَجْرَى نَهْرًا ، أَوْ حَفَرَ بِئْرًا ، أَوَ غَرَسَ نَخْلًا ، أَوْ بَنَى مَسْجِدًا ، أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا ، أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ

"There are seven practices whose rewards continue to flow for a servant after he dies, even though he is in his grave: (1) one who teaches religious knowledge, (2) one who flows the river (the dead) (3) one who makes wells, (4) one who plants dates, (5) one who builds mosques, (6) one who gives mushaf of the Quran, and (7) one who leaves a child who always asks forgiveness for him after he dies." (Narrated by al-Bazzar in his Musnad 7289, al-Baihaqi in Shuabul Iman in 3449, and others. Al-Albani judged this hadith hasan).


Ada tujuh amalan yang pahalanya tetap mengalir untuk seorang hamba setelah dia meninggal, padahal dia berada di dalam kuburnya: (1) orang yang mengajarkan ilmu agama, (2) orang yang mengalirkan sungai (yang mati) (3) orang yang membuat sumur, (4) orang yang menanam kurma, (5) orang yang membangun masjid, (6) orang yang memberi mushaf al-Quran, dan (7) orang yang meninggalkan seorang anak yang senantiasa memohonkan ampun untuknya setelah dia wafat.” (HR. al-Bazzar dalam Musnadnya 7289, al-Baihaqi dalam Syuabul Iman 3449, dan yang lainnya. Al-Albani menilai hadis ini hasan).

sumber :

Amalan Yang Pahalanya Terus Mengalir Setelah Kematian – KonsultasiSyariah.com

Selasa, 10 Oktober 2023

Air tercemar atau terkontaminasi

 Berikut adalah pandangan ulama-ulama klasik tentang bagaimana air suci menjadi najis (tercemar atau terkontaminasi)


  1. Al-Imam Abu Hanifah (mazhab Hanafi):

الشيخ الأعظم الإمام أبو حنيفة رحمه الله:
"كُلُّـ‏‏نَجَاسَةٍ تُغَيِّـ‏‏رُ إذَا تَغَيَّـ‏‏رَ مَاؤُهَا وَتَحَوَّلَ".

"Setiap najis berubah ketika airnya berubah atau bertransformasi."

  1. Al-Imam Malik (mazhab Maliki):

الإمام مالك رحمه الله:
"الطَّـ‌هُورُ الْكُلُّ يُفْنَى بِـ‌آخَـرِهِ".

"Taharah yang menyeluruh dapat dihilangkan oleh elemen lainnya."

  1. Al-Imam Asy-Syafi'i (mazhab Syafi'i):

الإمام الشافعي رحمه الله:
"مِنَ الطَّهَارَةِ قَوْلٌ وَاحِدٌ، إذَا كَانَ طَاهِرًا فَطَاهِرٌ، وَإِذَا كَانَ نَجِسًا فَنَجِسٌ".

"Dalam hal taharah, ada pendapat tunggal yang berlaku: jika suci, maka suci, dan jika najis, maka najis."

  1. Al-Imam Ahmad bin Hanbal (mazhab Hambali):

الإمام أحمد بن حنبل رحمه الله:
"إِذَا بَلَغَ الْمَاءُ مُسْتَوًى مُتَغَيِّيًا، فَهُوَ نَجِسٌ، وَإِذَا كَانَ قَلِيلًا عَجَزَ عَنِ الْتَغَيُّرِ، فَهُوَ طَاهِرٌ".

"Jika air mencapai ambang batas transformasi, maka itu najis, dan jika ketiadaan perubahan, maka itu suci."


pandangan umum :

الماء الطاهر لا يتنجس بنجاسة حالية إلا إذا تغير خصائصه واختلفت طبيعته بها. فإذا وجد فيها تغير حتى طعمه ولو رؤية فقد توجب نجاستها واعتبار بقية النجاسة فيها، وإلا تمسك الحكم الطهارة.

Terjemahan: Air suci tidak menjadi najis oleh najis kontak kecuali jika sifat-sifatnya berubah dan alamnya menjadi berbeda. Jika perubahan terjadi, bahkan jika hanya perubahan rasa yang dapat dirasakan, maka air tersebut dianggap najis dan segala sisa najis dapat mempengaruhi keadaan air tersebut. Namun, jika tidak ada perubahan yang terdeteksi, maka status kebersihannya tetap.


berikut adalah pandangan ulama klasik dari masing-masing mazhab tentang hukum air suci yang terkena najis:

  1. Mazhab Hanafi: الماء العذب الكثير المعتدل الحار والبارد الذي لم يتغير بنجاسة يبقى طاهرا، إلا إذا تغير بنجاسة فاحتقن ثم صار في وقت الاحتقان رائحة ولو دقيقة أو ذاق أو رأي فيه فقد نجس. وإذا تغير تغيرا يدخل فيه المرو ؛ نجاسته، وإنما يجب الاعتبار بقية النجاسة فيه تحت العموم

Terjemahan: Air tawar yang melimpah, suhu normal, baik yang panas maupun yang dingin, asalkan tidak berubah karena najis, tetap dianggap suci. Namun, jika berubah akibat najis, misalnya mengeluarkan bau, walaupun halus atau ada perubahan rasa atau penampakan, maka dianggap najis. Jika terjadi perubahan yang signifikan, maka jenis najis tersebut akan mempengaruhi keadaan air. Namun, sisa najis yang lain hanya diperhitungkan secara umum.

  1. Mazhab Maliki: الماء الصافي طاهر إلى أن يتغير بسبب نجاسة. إذا تغير بنجاسة يبقى طاهرا إذا لم يصبح فاسدا مهلكا

Terjemahan: Air yang jernih dianggap suci sampai berubah akibat najis. Jika berubah akibat najis, air tetap dianggap suci asalkan tidak menjadi rusak atau berbahaya.

  1. Mazhab Syafi'i: الماء الطاهر إذا نجس بنجاسة يصير نجسا وإن لم يغير بعض خواصه بلا غير

Terjemahan: Air suci yang terkena najis akan menjadi najis, bahkan jika tidak mengubah sifat-sifatnya.

  1. Mazhab Hanbali: الماء الطاهر إذا تغير خصائصه بحرارة نجسة صار نجسا ؛ أو لامست نجاسة فاستقذفت بنجاستها فيه، أو خلا بينهما رؤية. فإلا فإنه طاهر

Terjemahan: Air suci akan menjadi najis jika terjadi perubahan sifatnya akibat panas dari najis, atau jika menyentuh najis dan kemudian najis tersebut memancar ke dalam air, atau jika terlihat adanya penampakan antara air dan najis. Jika tidak ada kondisi seperti itu, maka air tersebut tetap dianggap suci.

Adab membuat bangunan

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ قَالَ أَخْبَرَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ حَ...